Senin, 28 Desember 2009

Tahun Baru : Darimana, Ada apa


TANGGAL TAHUN BARU

Kalender Romawi kuno menggunakan tanggal 1 Maret sebagai Hari Tahun Baru. Belakangan, orang Romawi Kuno menggunakan tanggal 1 Januari sebagai awal tahun yang baru. Pada Abad Pertengahan, kebanyakan negara-negara Eropa menggunakan tanggal 25 Maret, hari raya umat Kristen yang disebut Hari Kenaikan Tuhan, sebagai awal tahun yang baru. Hingga tahun 1600, kebanyakan negara-negara Barat telah menggunakan sistem penanggalan yang telah direvisi, yang disebut kalender Gregorian.

Kalender yang hingga kini digunakan itu menggunakan 1 Januari kembali sebagai Hari Tahun Baru. Inggris dan koloni-koloninya di Amerika Serikat ikut menggunakan sistem penanggalan tersebut pada tahun 1752. Kebanyakan orang memperingati tahun baru pada tanggal yang ditentukan oleh agama mereka. Tahun baru umat Yahudi, Rosh Hashanah, dirayakan pada bulan September atau awal Oktober. Umat Hindu merayakannya pada tanggal-tanggal tertentu. Umat Islam menggunakan sistem penanggalan yang terdiri dari 354 hari setiap tahunnya. Karena itu, tahun baru mereka jatuh pada tanggal yang berbeda-beda pada kalender Gregorian tiap tahunnya.

SEJARAH DAN CARA MERAYAKAN DI MASA LAMPAU

Kebanyakan orang di masa silam memulai tahun yang baru pada hari panen. Mereka melakukan kebiasaan-kebiasaan untuk meninggalkan masa lalu dan memurnikan dirinya untuk tahun yang baru. Orang Persia kuno mempersembahkan hadiah telur untuk Tahun Baru, sebagai lambang dari produktivitas. Orang Romawi kuno saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Bulan Januari mendapat nama dari dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang). Orang-orang Romawi mempersembahkan hadiah kepada kaisar. Para kaisar lambat-laun mewajibkan hadiah-hadiah seperti itu. Para pendeta Keltik memberikan potongan dahan mistletoe, yang dianggap suci, kepada umat mereka. Orang-orang Keltik mengambil banyak kebiasaan tahun baru orang-orang Romawi, yang menduduki kepulauan Inggris pada tahun 43 Masehi.

Pada tahun 457 Masehi gereja Kristen melarang kebiasaan ini, bersama kebiasaan tahun baru lain yang dianggapnya merupakan kebiasaan kafir. Pada tahun 1200-an pemimpin-pemimpin Inggris mengikuti kebiasaan Romawi yang mewajibkan rakyat mereka memberikan hadiah tahun baru. Para suami di Inggris memberi uang kepada para istri mereka untuk membeli bros sederhana (pin). Kebiasaan ini hilang pada tahun 1800-an, namun istilah pin money, yang berarti sedikit uang jajan, tetap digunakan. Banyak orang-orang koloni di New England, Amerika, yang merayakan tahun baru dengan menembakkan senapan ke udara dan teriak, sementara yang lain mengikuti perayaan di gereja atau pesta terbuka.

PERAYAAN MODERN

Sekalipun tahun baru juga merupakan hari suci Kristiani, tahun baru sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga Amerika. Di Amerika Serikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember, di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang menerikkan "Selamat Tahun Baru" dan menyanyikan Auld Lang Syne.

Pada tanggal 1 Januari orang-orang Amerika mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman atau nonton televisi: Parade Bunga Tournament of Roses sebelum lomba futbol Amerika Rose Bowl dilangsungkan di Kalifornia; atau Orange Bowl di Florida; Cotton Bowl di Texas; atau Sugar Bowl di Lousiana.

Perayaan Tahun Baru

Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi maupun orang Kafir yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari.

Orang Kristen ikut merayakan Tahun Baru tersebut dan mereka mengadakan puasa khusus serta ekaristi berdasarkan keputusan Konsili Tours pada tahun 567. Pada mulanya setiap negeri mempunyai perayaan Tahun Baru yang berbeda-beda. Di Inggris dirayakan pada tanggal 25 Maret. Di Jerman dirayakan pada hari Natal sedangkan di Perancis dirayakan pada Hari paskah.

Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.

Bahan ini diambil dari:
Judul buku: Kamus Sejarah Gereja
Penulis : Drs. F.D. Wellem, M.Th.
www.indrayogi. multiply.com

***

Itulah yang terjadi dengan tanggal 1 Januari. Nah, kita kaum muslimin, apakah kita juga mau ikut-ikutan orang kafir semacam Yahudi dan Kristen ? Tanpa mau berpikir dahulu pada apa yang kita perbuat ? Apalagi peringatan tahun baru sekarang ini selalu dipenuhi dengan kesyirikan dengan mendatangi para tukang ramal, mulai dari pejabat, politikus, pengusaha, konglomerat, artis, pedagang hingga rakyat. Juga penghambur-hamburan uang untuk acara-acara sesaat pemuas syahwat. Ingatlah bahwa setiap yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Ta’ala. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, teladan kita semua telah memperingatkan. Beliau bersabda :


ِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوْا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ ،
قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ: فَمَنْ؟


“Sungguh kalian benar-benar akan mengikuti cara/ jalan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai bila mereka masuk ke liang dhabb (binatang sejenis biawak yang hidup di padang pasir), niscaya kalian akan mengikuti mereka.”
Kami berkata: “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu orang-orang Yahudi dan Nashara?”
Beliau menjawab: “Siapa lagi kalau bukan mereka?”

[HR. Al-Bukhari dan Muslim, lihat Al-Lu’lu Wal Marjan, hadits no. 1708]


Senin, 14 Desember 2009

Hari Baik

Akhir bulan Dzulhijah, saat banyak jamaah haji yang pulang dari tanah suci. Juga saat rame-ramenya orang punya hajatan manten, khususnya di Jawa. Hari-hari telah habis dipilih untuk jadwal ijab dan resepsi. Ketua sinoman dan wadyobolonya jadi pusing saking padatnya jadwal laden. Di satu sisi pihak catering dan jasa sewa gedung dan perkakas sama meringis kesenangan karena dagangannya laris manis. Apalagi Ahad kemarin (13 des), dalam satu hari bisa dijumpai banyak event resepsi mantenan dalam waktu yang bersamaan. Tanya kenapa?

Fenomena ini tak terlepas dari anggapan atau bahkan keyakinan sebagian besar masyarakat kita tentang hari baik dan hari buruk. Bukankah beberapa hari lagi sudah masuk bulan syuro (Muharrom) Tahun 1431 Hijriyah? Inilah masalahnya. Sebagian besar masyarakat kita masih menganggap bahwa bulan syuro adalah hari-hari yang tidak baik untuk punya keperluan yang dianggap penting. Hal itu karena adanya kekhawatiran dan ketakutan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (celaka) bila melanggar. Saya sendiri kurang tahu, siapa yang sebenarnya yang pertama kali menghembus-hembuskan anggapan yang akhirnya diyakini, bahwa hari-hari di bulan syuro adalah hari buruk dan menakutkan untuk mengadakan acara hajatan.
Kalo di dalam Islam, yang berkenaan dengan waktu atau hari, yang ada hanya waktu/hari baik dan baik sekali. Tidak ada istilah hari buruk atau waktu buruk. Apalagi jika berkenaan untuk mengerjakan sebuah amalan kebaikan seperti berdoa, dzikir, nikahkan anak, sunatan, sedekah dsb. Setiap saat dalam satu hari baik semua, tapi ada yang lebih baik, yakni sepertiga malam terakhir. Dalam 1 minggu juga demikian, semua hari baik semua, Ahad, Senin, Selasa, Rabu dan seterusnya, tetapi ada yang terbaik, yakni hari Jum'at. Juga dalam setahun, semua bulan baik semua, yang terbaik adalah bulan Ramadhan, kemudian 10 hari awal Dzulhijah, bulan Muharom, Sya'ban dan seterusnya. Yang ada hanyalah hari baik dan baik sekali, tidak ada yang buruk. Seperti kalo kita bertanya kepada orang yang baru nikah, katanya enaknya hanya 10%, sedangkan yang 90% uenak sekali. Enak kan ?
Bulan Syuro (Muharom) adalah satu di antara bulan-bulan haram yang dihormati dan bulan aman. Di bulan tersebut tidak boleh mengawali perang, mengganggu ibadah dsb. Mestinya orang senang beramal kebaikan di bulan itu, termasuk nikahkan anak, karena nikah termasuk ibadah. Tetapi kalo orang sudah tidak mau berpikir, hanya ikut-ikutan takut (mending ikut-ikutan senang), bahwa hal itu termasuk kesyirikan juga nggak terpikir. Atau bahkan tidak paham bahwa hal itu termasuk perkara yang membuat Allah Ta'ala murka dan bisa menghapus amal kebaikan yang pernah dilakukan. Sebagaimana kita semua tahu, kebanyakan masyakarat kita menyambut bulan Syuro ini pun masih banyak dengan amalan kesyirikan, di Solo dengan kerbau dan kotorannya, di Jogja dengan thawaf beteng mbisunya, dan berbagai bentuk kesyirikan nyata lainnya di tempat yang lain. Belum lagi syaitan yang menghembus-hembuskan bisikan bahwa semua itu adalah baik, warisan leluhur yang harus dilestarikan, budaya bangsa, aset wisata dan semancamnya. Suatu amalan yang sungguh konyol, sudah repot, keluar uang, tenaga tapi malah dapat murka dari Penguasa alam semesta. Sudah diberi yang mudah dan enak tidak mau, malah cari-cari masalah. Ya, itulah manusia, kebanyakan mereka tidak bersyukur dan tidak mau tunduk kepada Rabbnya.