Rabu, 21 Juli 2010

Kiat Cari Jodoh

Semoga Allah selalu memberikan petunjuknya bagi kita semua,khususnya bagi mereka yang akan segera melangsungkan pernikahan.

Banyak di antara kita tidak paham sebenarnya bagaimana sih cara mendapatkan jodoh?? Banyak juga di antara kita hanya dengan keyakinan bahwa Lelaki shalih itu untuk wanita shalihah maka jodoh yang shalih/ah akan datang begitu saja tanpa harus berusaha mengubah diri agar benar2 menjadi shalih/ah??? Maka dalam kesempatan kali ini kami berusaha mencarikan jalan keluarnya dan sekaligus menjadi jawaban bagi kita semua yang masih kebingungan dalam masalah mendapatkan jodoh.

“Katakanlah (ya Muhammad) kepada laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka…’.” (An-Nur: 30-31)

Saudar/i ku sekalian yakinlah bahwa jodoh kita sudah ditakdirkan Allah SWT. Ia tidak akan kemana-mana dan akan datang jika waktunya sudah tiba. Tugas Anda hanyalah berusaha dan berdoa agar jodoh Anda segera datang (seperti yang Anda inginkan). Jangan pernah berputus asa dan harus bersabar dalam mencari jodoh yang telah ditetapkan Allah SWT.

Allah SWT mempunyai tiga pilihan dalam menjodohkan manusia satu sama lain. Pilihan pertama adalah cepat mendapatkan jodoh. Pilihan kedua, lambat mendapatkan jodoh, tapi suatu ketika pasti mendapatkannya di dunia. Pilihan ketiga adalah menunda mendapatkan jodoh sampai di akhirat kelak (di dunia kita tidak mendapatkan jodoh). Apapun pilihan jodoh yang ditentukan Allah, maka hal itu adalah hal yang terbaik untuk kita. Allah SWT berfirman : “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. 2 : 216).

Lalu upaya apa yang perlu dilakukan agar kita segera mendapatkan jodoh? Beberapa upaya yang dapat dilakukan yaitu :

1. MEMPERBAIKI DIRI.

Jika kita ingin mendapatkan jodoh yang sholih, maka kita harus menjadi orang yang sholihah juga. Itulah maksud Allah dalam firman-Nya : “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)” (QS. 24 : 26).
Memperbaiki diri disini pengertiannya ada dua, lahiriah dan batiniah. Secara lahiriah kita perlu menjadi orang yang bersih, rapi dan menjaga bau badan. Tidak perlu berdandan yang berlebihan (tidak Islami), tapi perlu kelihatan sebagai orang yang menarik. Sebagian orang yang ingin menikah sangat berharap mendapatkan jodoh yang sholih, tapi ia sendiri orang yang salah (tidak sholih). Ini ibarat pungguk merindukan bulan.

2. TIDAK PUTUS ASA BERDOA.

Jangan pernah berputus asa untuk berdoa. Doa yang baik untuk mendapatkan jodoh adalah doa yang terdapat dalam surah Al Furqon ayat 74 : “Ya Rob kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
Agar doa lebih terkabul, perhatikan juga adab-adab berdoa dalam Islam. Jadi jangan berdoa menurut versi kita sendiri. Berdoalah menurut apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya kepada kita, niscaya doa kita akan lebih terkabul.

3. IBADAH SUNNAH DIPERBANYAK.

Agar jodoh kita semakin cepat datang, kita juga perlu mendekati Allah dengan ekstra dekat. Caranya tidak hanya mengandalkan ibadah wajib, tapi juga dengan menambah ibadah-ibadah sunnah (nawafil), seperti sholat tahajjud, sholat dhuha, shaum, tilawah Al Qur’an, infaq, dan lain-lain. Lakukan ibadah sunnah ini secara rutin setiap hari agar iman kita bertambah dan do’a kita semakin dikabulkan Allah SWT.

4. MEMILIKI KRITERIA YANG TIDAK MULUK.

Mengapa jodoh sulit datang kepada kita? Salah satunya mungkin disebabkan karena kriteria jodoh kita terlalu muluk. Kita ingin jodoh yang mapan, ganteng/cantik, berpangkat, keturunan baik-baik dan beriman. Keinginan semacam itu sah-sah saja, tapi jika hal tersebut dijadikan syarat untuk jodoh kita maka kita telah mempersulit diri sendiri. Itulah sebabnya Rasulullah mengatakan jika kita tidak dapat memperoleh semuanya, maka pilihlah yang agamanya paling baik. Hal itu berarti mungkin saja jodoh kita orang yang miskin, tidak berpangkat, bukan keturunan orang baik, akan tetapi kita perlu menerimanya asalkan memiliki agama/akhlaq yang baik. Jangan kita menginginkan kesempurnaan dari orang lain, padahal diri kita tidak sempurna.

5. MEMPERLUAS PERGAULAN.

Cara yang lain agar cepat mendapatkan jodoh adalah memperluas pergaulan. Dengan pergaulan yang luas kita juga lebih banyak mendapatkan pilihan. Seringkali jodoh itu datang bukan dari perkenalan langsung, tapi dari kenalan teman kita. Bahkan dari kenalan dari kenalan teman kita. Itulah gunanya pergaulan yang luas. Ibarat seorang nelayan yang menebarkan jaringan yang luas untuk mendapatkan ikan yang lebih banyak.

6. MEMINTA TOLONG ORANG LAIN.

Cara lain agar cepat mendapatkan jodoh adalah meminta tolong kepada orang lain yang reputasinya baik. Orang tersebut bisa saja guru mengaji, murobbi, teman, orang tua, saudara, dan lain-lain. Jangan malu-malu untuk meminta bantuan kepada mereka dan jangan malu-malu juga untuk mengulangi permintaan kita secara rutin agar orang tersebut ingat bahwa kita meminta bantuan kepadanya.

7. MENYATAKAN HASRAT SECARA LANGSUNG.

Bisa juga seorang wanita mendapatkan jodoh dengan cara menyatakan langsung kepada lelaki yang kita taksir bahwa kita siap menikah dengannya. Ini adalah cara yang masih asing dalam budaya Indonesia. Namun cara ini sebenarnya Islami, karena pernah dilakukan Khadijah ra kepada Nabi Muhammad saw. Khadijah ra yang lebih dahulu menyatakan hasratnya kepada Nabi melalui perantaranya. Menurut saya, cara ini perlu dimasyarakatkan di Indonesia, sehingga tidak ada lagi wanita yang malu-malu kucing, padahal hatinya sudah ingin sekali dilamar oleh lelaki yang diharapkannya.

Wallahua'lam

Rabu, 07 Juli 2010

Beri Peringatan, Jika Bermanfaat

Tidak diragukan lagi bahwa setiap peringatan yang disampaikan dari ayat-ayat Allah dan sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pasti bermanfaat dan mengandung kemaslahatan, baik bagi orang yang diseru maupun mubalighnya sendiri. Akan tetapi sekalipun demikian, seorang mubaligh atau da’i harus memperhatikan keadaan obyek dakwahnya, tingkat akal pikirannya, kecenderungannya dan permasalahannya sehingga dia bisa memilih materi yang tepat, waktu yang tepat serta bahasa dan kata yang tepat. Jika tidak, bisa jadi seruan ataupun peringatan tersebut tidak akan memberi manfaat, bahkan sebaliknya bisa menimbulkan fitnah.
Allah Ta’ala berfirman :

فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى
“Maka berilah peringatan, apabila peringatan itu bermanfaat”
(QS. Al-A’laa : 9)

Imam Ibnu Katsier Rahimahullah mengatakan bahwa dari ayat tersebut bisa diambil suatu adab dalam menyebarkan ilmu, yakni janganlah ilmu tersebut diberikan kepada orang yang bukan ahlinya, dalam arti belum pantas menerimanya. Sebagaimana kata Sayidina Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu : “Tidaklah kamu menyampaikan satu hadits kepada suatu kaum yang tidak dapat ditangkap oleh akal mereka, melainkan akan menjadi fitnah bagi sebagian dari mereka. Sampaikan kepada manusia apa yang bisa mereka pahami. Apakah kamu suka apabila Allah dan Rasul-Nya didustakan ?
Sementara itu Syaikh Abdurrahman As-Sa’di Rahimahullah menjelaskan bahwa kita diperintah untuk memberi peringatan dengan syari’at Allah Ta’ala dan ayat-ayat-Nya selama peringatan dan nasihat tersebut diterima dan didengarkan sehingga sampai kepada mad’u akan maksud dari seruan peringatan itu.
Maka dalam menyampaikan materi dakwah, seorang da’i harus benar-benar mengetahui medan dakwahnya , tidak bisa dipukul rata antara satu dengan yang lain. Dalam materi aqidah misalnya, jangan langsung kita sampaikan kitab-kitab karangan ulama tentang aqidah yang biasa kita baca kepada setiap orang, karena ada suatu kaum tertentu yang bisa jadi tidak suka dengan pengarang kitab tersebut karena memang belum mengenalnya. Kita bisa sampaikan langsung ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits shahih yang memuat perkara aqidah beserta tafsir dan penjelasannya. Sebagai contoh Surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Muawwidzatain, ayat Kursi dan lain-lain. Insya Allah akan lebih bisa diterima oleh kaum tersebut, karena itu langsung dari Al-Qur’an dan hadits shahih. Dalam masalah fikih akan lebih kompleks lagi permasalahannya, sehingga seorang da’i harus ekstra berhati-hati dalam menyampaikan seruannya. Termasuk dalam perkara ini adalah dalam memilih lafadz khutbatul hajjah pada awal ceramah. Janganlah kita terlalu kaku untuk selalu memakai lafadz tertentu di setiap dakwah kita. Karena masing-masing kaum juga memiliki kebiasaan yang khas dalam masalah ini yang juga ada sunnahnya. Intinya kita berusaha jangan sampai dakwah kita ditolak justru sejak menit-menit pertama.
Seorang da’i juga harus jeli melihat kondisi obyek dakwahnya, apakah seruannya masih efektif atau tidak. Misalnya saat khutbah jum’at, jangan sampai khatib hanya menunduk membaca teks selama khutbah. Bisa jadi jama’ah sudah terlalu capai dan banyak yang tertidur, sehingga yang paling baik adalah justru mengakhiri khutbah tersebut.
Dalam dakwah ada perkara-perkara yang bersifat permanen yang baku dari manhaj Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Tetapi ada juga bagian dari adab-adab yang bersifat tidak permanen yang bisa berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi, tetapi masih tetap dalam koridor Al-Qur’an dan Sunnah yang Shahih. Perkara ini mesti dipahami, agar dakwah dan peringatan benar-benar bermanfaat. Wallahu a’lam.