Jumat, 02 Oktober 2009

Kaya adalah Ujian

Qarun adalah seseorang yang hidup pada masa Nabi Musa Alaihissalam, yakni anak salah seorang paman Beliau. Dia termasuk orang yang diberi harta kekayaan berlimpah oleh Allah SWT, namun dia bertindak melampaui batas dengan kekayaannya tersebut. Orang-orang yang baik dari kalangan kaumnya telah memperingatkannya untuk tidak berbangga-bangga dengan hartanya karena Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri. Syaikh Abu Bakar Al-Jazairy menjelaskan, dengan harta yang diberikan Allah, hendaklah dia mencari kebahagiaan akhirat dengan berbuat kebaikan dengan cara bershodaqoh dan berinfaq di jalan Allah SWT. Tetapi Qarun telah berkeyakinan akan mencapai kebahagiaan dengannya, dia tidak berbuat baik kepada orang lain dan berbuat kerusakan di muka bumi dengan tidak mau beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketika diperingatkan oleh kaumnya, dia justru berkata :

"Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya sungguh Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat darinya, dan lebih banyak hartanya? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (QS. Al- Al-Qashash (28): 78)

Syaikh Abdurrahman As-Sa’diy menjelaskan : Qarun berpendapat bahwa dia memperoleh harta karena hasil usahanya, kepintarannya atau ilmu dari Allah tentang dirinya, Dia tahu bahwa Qarun ahli dalam hal mencari harta. Maka dia pun menolak nasihat kaumnya tentang apa yang telah Allah berikan padanya. Kemudian Allah menjelaskan bahwa ketika Dia memberikan rezeki kepada seseorang (dalam hal ini Qarun), hal itu bukanlah menunjukkan atas kebaikan keadaan orang yang diberi. Allah pun memperingatkan tentang akibat yang diterima umat-umat terdahulu tatkala mereka durhaka kepada Allah, yakni mereka dibinasakan oleh Allah, padahal mereka lebih besar kekuatannya dan lebih banyak harta kekayaannya daripada Qarun. Firman Allah :
… dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.
Maksudnya adalah ketika seseorang telah demikian banyak dosanya dari kesyirikan dan kemaksiatan yang telah diperbuatnya, maka telah jelaslah siksa Allah atas dirinya. Mereka akan masuk ke dalam neraka tanpa perlu ditanya dan dihisab.
Pada suatu hari Qarun keluar kepada kaumnya dengan membawa perhiasannya berupa pakaian kebesaran yang indah dan kendaraan yang bagus. Syaikh As-Sa’diy mengatakan bahwa perhiasan yang dibawa Qarun mencakup berbagai harta dunia yang dimilikinya. Melihat itu, orang-orang yang menginginkan dunia berkata sambil berangan-angan :
“Seandainya kami memiliki harta dan perhiasan seperti apa yang diberikan kepada Qarun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".

Sementara itu orang-orang yang berilmu berkata : “Celakalah kalian, pahala di sisi Allah lebih baik bagi orang yang beriman dan beramal shalih, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar (dalam iman dan taqwa)". (QS. Al- Al-Qashash (28): 80)

Syaikh As-Sa’diy mengatakan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang menahan diri dalam melakukan ketaatan, dari maksiat dan dari takdir Allah yang buruk. Mereka juga menahan diri/bersabar dari perhiasan dunia yang banyak melalaikan dari Tuhannya. Mereka itulah orang yang mengutamakan pahala Allah di atas dunia yang fana ini.
Karena kedurhakaannya, Allah pun menghukum Qarun dengan cara membenamkannya beserta rumah dan isinyanya ke dalam bumi. Maka tidak ada suatu golongan pun yang mampu menolongnya dari siksa Allah, dan dia tidaklah dia termasuk orang yang dapat membela diri. Syaikh As-Sa’diy mengatakan bahwa bentuk balasan tergantung dari jenis amalnya, maka sebagaimana Qarun telah mengangap dirinya lebih tinggi dari hamba Allah yang lain, Allah pun menurunkannya ke dalam kedudukan yang serendah-rendahnya. Tatkala melihat Qarun di adzab Allah, menjadi sadarlah orang-orang yang dahulu menginginkan kedudukan Qarun. Mereka menyadari bahwa Allahlah yang melapangkan atau menyempitkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki. Sungguh, tidak akan pernah beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allah.


Beberapa pelajaran dari kisah Qarun :
  1. Harta dan kedudukan yang tinggi akan menyebabkan kehancuran seseorang, kecuali bagi orang yang dikasihi Allah Ta’ala, tetapi amat sedikit orang yang seperti ini.
  2. Haramnya gembira dan bangga dengan harta dan kedudukan, ketika hal itu mengarah kepada kesombongan yang merendahkan orang lain.
  3. Termasuk karunia Allah kepada seseorang adalah ketika ada orang-orang yang berilmu yang mau menasihati dan menunjuki kepada kebenaran
  4. Bolehnya makan, minum dan berpakaian yang baik, punya kendaraan yang nyaman, rumah yang nyaman tanpa berlebihan dan kesombongan.
  5. Fitnah lebih cepat menimpa kepada hatinya orang-orang yang sangat condong pada kebesaran dan ketinggian dunia.
  6. Penjelasan tentang keutamaan ahli ilmu dien yang menunjuki, menghukumi dengan syariat Allah, memerintahkan yang makruf dan mencegah dari yang munkar.
  7. Orang yang melampaui batas akan dicicipkan siksa di dunia dan akan dilanjutkan diadzab di akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar